Saturday 17 January 2015

Puisi kembara - Musafir Lara di Angin Lalu.


LAGU MUSAFIR LARA



Kita hidup umpama musafir lara di angin lalu

Menempuh jalan yang panjang dan penuh berliku-liku

Sambil mendendang lagu-lagu rindu.

Sebelum sampai destinasi yang dituju.


Si musafir pasti tahu

Takdir untuk berhenti melara sudah tertulis di buku

Namun tidak siapa yang tahu di mana dan bila ia berlaku.


Si musafir bebas memilih dalam perjalanannya

Bisa bermain dengan dunia sepuasnya

Berlakon di pentas perhiasan atau menyanyi di padang permainan

Mengejar dunia ibarat mengejar fatamorgana di Gurun Sahara

Bak kelkatu mengejar cahaya lampu malam selepas hujan

Mati terbakar bila mendekatnya.


Si Musafir bebas memilih hidup melara mencari redha-Nya

Dunia hanya pinjaman, tempat berteduh sementara waktu.

Dunia bukan tujuan tetapi hanya keperluan.


Musafir yang bijak membawa bekal sebelum ajalnya

Tiada guna sesalan di hati jika

Tanpa iman kental saat melepasi sakaratul maut.

Tanpa meninggalkan anak yang soleh bisa mendoakan

Tanpa ilmu yang bermanfaat atau

Tanpa bekal amal yang ikhlas.


Musafir yang ceria jiwanya 

Hatinya hanya melara terkenang

Duka jika taatnya tidak diterima

Bimbang keampunan ditolak-Nya

Risau iman di tarik-Nya.

Ujian yang lain melanda tidak melarakan jiwanya.

Tempoh bermusafir itu dirasa cepat bila mengurus dunia

Panjang dan bosan bila mengurus akhirat.

Kekadang tertipu bila salah idola

Si Qarun yang gila harta disanjungi

Si Haman yang mementingkan kuasa dari kebenaran dicontohi

Mengagongkan nafsu dari segalanya.


Perhentian abadi si musafir dua tiada pertengahannya

Surga atau neraka

Bahagia atau sengsara.

Musafir ceria mengharap redha-Nya.

Musafir bahagia mendapat ampunan-Nya.



No comments: