Gunung Tangkuban Perahu |
Awal pagi Pak Cicip sudah tiba di
Hotel Dago dengan Advanza hitamnya
Seperti yang dirancang Pak Cicip akan membawa hamba dan rakan ke Gunung
Tangkuban Perahu. Tangkuban Perahu terletak sekitar 30 km di daerah Lembang, utara
Kota Bandung. Ketinggian gunung ini ialah 2,084 meter. Suasana di sini agak sejuk, dan terdapat
sumber mata air panas di kaki gunungnya dan deretan kawah gunung berapi yang
mempunyai tarikannya yang tersendiri.Tangkuban Perahu sebenarnya adalah gunung berapi
yang bentuk kawahnya menyerupai perahu
yang terbalik. Namun awas dengan penjual cenderahati “batu gunung”, mereka
sangat gigih, selamba dan pandai memujuk. Anda akan “terkena” jika darjah belas
kasihan anda tinggi.
Kawah Gunung Berapi yang klasik |
Beribu-ribu tahun yang lalu, tanah Parahyangan dipimpin
oleh seorang raja dan seorang ratu yang hanya mempunyai seorang puteri. Puteri
itu bernama Dayang Sumbi. Dia sangat cantik dan cerdas, sayangnya dia sangat
manja. Pada suatu hari ketika sedang menenun di
beranda istana, Dayang Sumbi merasa keletihan dan pening kepala. Dia menjatuhkan pintalan benangnya ke lantai
berkali-kali. Ketika pintalannya jatuh
untuk kesekian kalinya Dayang Sumbi menjadi marah lalu bersumpah, dia akan
menikahi siapapun yang mahu mengambilkan pintalannya itu. Kebetulan setelah kata-kata sumpah itu diucapkan, datang seekor
anjing yang bernama Tumang dan menyerahkan pintalan itu ke tangan Dayang Sumbi.
Maka mau tak mau, sesuai dengan sumpahnya, Dayang Sumbi harus menikahi anjing tersebut.
Dayang Sumbi dan Tumang hidup bahagia hingga mereka dikuniakan seorang anak yang berupa anak manusia tapi memiliki
kekuatan sakti seperti ayahnya. Anak ini diberi nama Sangkuriang. Semasa
meningkat remaja, Sangkuring selalu ditemani
oleh seekor anjing yang bernama Tumang yang
dia ketahui hanya sebagai anjing yang setia, bukan sebagai ayahnya. Sangkuriang
membesar menjadi
seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa.
Pada suatu hari Dayang Sumbi menyuruh anaknya pergi
bersama anjingnya untuk berburu rusa untuk keperluan suatu pesta. Setelah
beberapa lama mencari tanpa hasil, Sangkuriang merasa putus asa, tapi dia tidak
ingin mengecewakan ibunya. Maka dengan sangat terpaksa dia mengambil sebatang
panah dan mengarahkannya pada Tumang. Setibanya di rumah dia menyerahkan daging
Tumang pada ibunya. Dayanng Sumbi yang mengira daging itu adalah
daging rusa, merasa gembira atas keberhasilan anaknya.Segera setelah pesta usai Dayang Sumbi teringat pada Tumang dan bertanya pada
pada anaknya di mana Tumang berada. Pada mulanya
Sangkuriang merasa takut, tapi
akhirnya dia mengatakan apa yang telah terjadi pada ibunya. Dayang Sumbi
menjadi sangat murka, lalu memukul dahi Sangkuriang hingga pengsan. Atas perbuatannya itu Dayang Sumbi diusir
keluar dari kerajaan oleh ayahnya. Sangkuriang sedar dari pengsannya tetapi pukulan ibunya meninggalkan parut luka yang sangat lebar di keningnya.
Setelah dewasa, Sangkuriang pun pergi
mengembara untuk mengetahui keadaan dunia luar.
Beberapa tahun kemudian, Sangkuriang bertemu dengan
seorang wanita yang sangat cantik. Segera saja dia jatuh cinta pada wanita
tersebut. Wanita itu adalah ibunya sendiri, tapi mereka tidak saling mengenali
satu sama lainnya. Sangkuriang melamarnya, Dayang Sumbi pun menerima dengan
senang hati. Sehari sebelum hari pernikahan, ketika sedang membelai rambut tunangannya, Dayang Sumbi melihat bekas luka yang
lebar di dahi Sangkuriang, akhirnya dia menyedari bahwa dia hampir menikahi puteranya sendiri. Mengetahui hal tersebut Dayang Sumbi
berusaha menggagalkan pernikahannya. Setelah berpikir keras dia akhirnya
memutuskan untuk mengenakan syarat perkahwinan yang tak mungkin dikabulkan oleh Sangkuriang. Syaratnya adalah: Sangkuriang harus
membuat sebuah empangan yang mampu menutupi seluruh bukit dan membuat sebuah perahu untuk
menyusuri empangan tersebut. Semua itu mesti selesai sebelum fajar menyingsing.
Sangkuriang mulai bekerja. Cintanya yang begitu besar
pada Dayang Sumbi memberinya
suatu kekuatan aneh. Dengan lumpur dan tanah dia membendung air dari sungai dan mata air. Beberapa saat
sebelum fajar, Sangkuriang menebang sebatang pohon besar untuk membuat sebuah
perahu. Ketika Dayang Sumbi melihat bahawa Sangkuriang hampir menyelesaikan pekerjaannya, dia menggunakan
beberapa tipu helah untuk mengagalkan usaha anaknya dan mempercepat datangnya pagi.
Tiba-tiba
ayam jantan berkokok, matahari terbit lebih
cepat dari biasanya dan Sangkuriang menyedari bahwa dia telah ditipu. Dengan sangat marah dia
mengutuk Dayang Sumbi dan menendang perahu buatannya yang hampir siap ke tengah hutan. Perahu itu berada di
sana dalam keadaan telungkupk, dan membentuk Gunung Tangkuban Perahu. Tidak jauh dari
tempat itu terdapat tunggul pokok yang ditebang oleh
Sangkuriang, sekarang kita mengenalnya sebagai Bukit Tunggul. Ampangan yang dibuat oleh Sangkuriang menyebabkan seluruh bukit dipenuhi air dan
membentuk sebuah danau di mana Sangkuriang dan Dayang Sumbi menenggelamkan diri dan
tidak terdengar lagi kabar beritanya.
Comments