Friday 23 November 2012

Tangkuban Perahu: Realiti yang tak sehangat metosnya.

Gunung Tangkuban Perahu

            Awal pagi Pak Cicip sudah tiba di Hotel Dago dengan Advanza hitamnya  Seperti yang dirancang Pak Cicip akan membawa hamba dan rakan ke Gunung Tangkuban Perahu. Tangkuban Perahu terletak sekitar 30 km di daerah Lembang, utara Kota Bandung. Ketinggian gunung ini ialah  2,084 meter. Suasana di sini agak sejuk, dan terdapat sumber mata air panas di kaki gunungnya dan deretan kawah gunung berapi yang mempunyai tarikannya yang tersendiri.Tangkuban Perahu sebenarnya adalah gunung berapi yang bentuk kawahnya  menyerupai perahu yang terbalik. Namun awas dengan penjual cenderahati “batu gunung”, mereka sangat gigih, selamba dan pandai memujuk. Anda akan “terkena” jika darjah belas kasihan anda tinggi.
  
Kawah Gunung Berapi yang klasik
Berikut adalah "metos" Tangkuban Perahu itu:



Gunung berapi yang sejuk cuacanya
            Beribu-ribu tahun yang lalu, tanah Parahyangan dipimpin oleh seorang raja dan seorang ratu yang hanya mempunyai seorang puteri. Puteri itu bernama Dayang Sumbi. Dia sangat cantik dan cerdas, sayangnya dia sangat manja. Pada suatu hari ketika sedang menenun di beranda istana, Dayang Sumbi merasa keletihan dan pening kepala. Dia menjatuhkan pintalan benangnya ke lantai berkali-kali. Ketika pintalannya jatuh untuk kesekian kalinya Dayang Sumbi menjadi marah lalu bersumpah, dia akan menikahi siapapun yang mahu mengambilkan pintalannya itu. Kebetulan setelah kata-kata sumpah itu diucapkan, datang seekor anjing yang bernama Tumang dan menyerahkan pintalan itu ke tangan Dayang Sumbi. Maka mau tak mau, sesuai dengan sumpahnya, Dayang Sumbi harus menikahi anjing tersebut.
            Dayang Sumbi dan Tumang hidup bahagia hingga mereka dikuniakan seorang anak yang berupa anak manusia tapi memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya. Anak ini diberi nama Sangkuriang. Semasa meningkat remaja, Sangkuring selalu ditemani oleh seekor anjing yang bernama Tumang yang dia ketahui hanya sebagai anjing yang setia, bukan sebagai ayahnya. Sangkuriang membesar menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa.
            Pada suatu hari Dayang Sumbi menyuruh anaknya pergi bersama anjingnya untuk berburu rusa untuk keperluan suatu pesta. Setelah beberapa lama mencari tanpa hasil, Sangkuriang merasa putus asa, tapi dia tidak ingin mengecewakan ibunya. Maka dengan sangat terpaksa dia mengambil sebatang panah dan mengarahkannya pada Tumang. Setibanya di rumah dia menyerahkan daging Tumang pada ibunya. Dayanng Sumbi yang mengira daging itu adalah daging rusa, merasa gembira atas keberhasilan anaknya.Segera setelah pesta usai Dayang Sumbi teringat pada Tumang dan bertanya pada pada anaknya di mana Tumang berada. Pada mulanya Sangkuriang merasa takut, tapi akhirnya dia mengatakan apa yang telah terjadi pada ibunya. Dayang Sumbi menjadi sangat murka, lalu memukul dahi Sangkuriang hingga pengsan.  Atas perbuatannya itu Dayang Sumbi diusir keluar dari kerajaan oleh ayahnya. Sangkuriang sedar dari pengsannya tetapi pukulan ibunya meninggalkan parut luka yang sangat lebar di keningnya. Setelah dewasa, Sangkuriang pun pergi mengembara untuk mengetahui keadaan dunia luar.
            Beberapa tahun kemudian, Sangkuriang bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik. Segera saja dia jatuh cinta pada wanita tersebut. Wanita itu adalah ibunya sendiri, tapi mereka tidak saling mengenali satu sama lainnya. Sangkuriang melamarnya, Dayang Sumbi pun menerima dengan senang hati. Sehari sebelum hari pernikahan, ketika sedang membelai rambut tunangannya, Dayang Sumbi melihat bekas luka yang lebar di dahi Sangkuriang, akhirnya dia menyedari bahwa dia hampir menikahi puteranya sendiri. Mengetahui hal tersebut Dayang Sumbi berusaha menggagalkan pernikahannya. Setelah berpikir keras dia akhirnya memutuskan untuk mengenakan syarat perkahwinan yang tak mungkin dikabulkan oleh Sangkuriang. Syaratnya adalah: Sangkuriang harus membuat sebuah empangan yang mampu menutupi seluruh bukit dan membuat sebuah perahu untuk menyusuri empangan tersebut. Semua itu mesti selesai sebelum fajar menyingsing.
            Sangkuriang mulai bekerja. Cintanya yang begitu besar pada Dayang Sumbi memberinya suatu kekuatan aneh. Dengan lumpur dan tanah dia membendung air dari sungai dan mata air. Beberapa saat sebelum fajar, Sangkuriang menebang sebatang pohon besar untuk membuat sebuah perahu. Ketika Dayang Sumbi melihat bahawa Sangkuriang hampir menyelesaikan pekerjaannya, dia menggunakan beberapa tipu helah untuk mengagalkan usaha anaknya dan mempercepat datangnya pagi.
            Tiba-tiba ayam jantan berkokok, matahari terbit lebih cepat dari biasanya dan Sangkuriang menyedari bahwa dia telah ditipu. Dengan sangat marah dia mengutuk Dayang Sumbi dan menendang perahu buatannya yang hampir siap ke tengah hutan. Perahu itu berada di sana dalam keadaan telungkupk, dan membentuk Gunung Tangkuban Perahu. Tidak jauh dari tempat itu terdapat tunggul pokok yang ditebang oleh Sangkuriang, sekarang kita mengenalnya sebagai Bukit Tunggul. Ampangan yang dibuat oleh Sangkuriang menyebabkan seluruh bukit dipenuhi air dan membentuk sebuah danau di mana Sangkuriang dan Dayang Sumbi menenggelamkan diri dan tidak terdengar lagi kabar beritanya.

No comments: