Saidina Ubadah bin Samlt adalah seorang sahabat terkemuka Nabi Muhammad SAW. Beliau berasal dari Madinah, turut serta dalam hampir setiap peperangan bersama Nabi, dan merupakan salah seorang daripada lima orang yang hafal Al-Quran semasa hayat Nabi. Ubadah juga menjadi hakim pertama di Palestin di bawah pemerintahan Khalifah Umar bin Al-Khattab.
Peranan dan sumbangan Ubadah bin Samit
- Sahabat Nabi: Salah seorang daripada 12 orang pertama yang memeluk Islam dari Madinah dan terlibat dalam kedua-dua Bai'at Aqabah.
- Ketenteraan:
- Terlibat dalam hampir semua peperangan pada zaman Nabi Muhammad SAW, termasuk Badar.
- Menjadi panglima dalam penaklukan Mesir.
- Terlibat dalam beberapa peperangan semasa penaklukan Syria, seperti Pertempuran Ajnadayn dan Pertempuran Yarmuk.
- Pemerintahan dan kehakiman:
- Menjadi hakim (qadi) pertama untuk Palestin di bawah pemerintahan Khalifah Umar bin Al-Khattab.
- Beliau juga memimpin penaklukan Cyprus dari pihak Rom.
- Al-Quran:
- Salah seorang juru tulis wahyu dan antara yang hafal keseluruhan Al-Quran semasa Nabi Muhammad masih hidup.
- Kehidupan peribadi:
- Digambarkan sebagai lelaki yang tinggi, tampan, dan berkulit gelap.
- Isterinya adalah Ummu Haram binti Milhan al-Anshariyyah.
- Meninggal dunia: Wafat di Palestin pada tahun 34 H (sekitar 655 M) pada usia 72 tahun.
Salah satu nama sahabat Nabi Muhammad yang jarang tertulis di beberapa kitab adalah Ubadah bin Shamith. Ia merupakan salah satu dari sekian banyak sahabat nabi yang memiliki totalitas penuh terhadap ajaran Islam. Sayangnya, ia kurang populer dalam beberapa kitab sejarah. Namanya redup jika dibandingkan sahabat Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Khalid bin Walid dan yang lainnya.
Ia bernama lengkap Abul Walid Ubadah bin Abi Ubadah as-Shamith bin Qais bin Ashram bin Fikhr bin Qais bin Tsa’labah bin Ghanim bin Salim bin Auf bin Umar bin Khazraj al-Anshari. Ia lahir di Madinah dan berasal dari suku Khazraj.
Ubadah bin Shamith merupakan salah satu sahabat yang memiliki kedekatan secara khusus dengan Rasulullah. Hal itu bisa dibuktikan dengan kesetiaannya dalam mengikuti semua medan peperangan yang diikuti oleh nabi. Ia menjadi penyelamat dan pelindung bagi Rasulullah dari orang-orang yang hendak mencederai dan menyakitinya. Bahkan tak sesekali ia harus pulang dengan lumuran darah akibat luka-luka di badannya karena melindungi nabi.
Sahabat Ubadah juga dikenal sebagai salah satu dari enam puluh orang yang melakukanBai’atul Aqabah kedua, yaitu perjanjian yang dibuat antara Nabi Muhammad dengan penduduk Madinah sebelum hijrah, di mana salah satu isinya adalah perjanjian untuk melindungi Nabi dan umat Islam.
Baca Juga
Menyimak Kembali Lagu Nasida Ria ‘Damailah Palestina’
Tidak hanya itu, ia juga satu-satunya sahabat yang ditunjuk langsung oleh Nabi Muhammad untuk menjadi pemimpin di Palestina sekaligus orang pertama yang mengurusi dan menyerukan ajaran Islam di bumi dengan segudang sejarah para nabi tersebut. Pendapat ini sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi (wafat 676 H) mengutip pendapat Imam al-Auzhai’i. Dalam salah satu kitabnya ia mengatakan:
قَالَ الْأَوْزَاعِى: أَوَّلُ مَنْ وَلىَّ قَضَاءَ فَلِسْطِيْن عُبَادَةُ
Artinya, “Orang pertama yang memimpin pemerintahan di Palestina adalah Ubadah bin Shamith.” (Imam Nawawi, Tahdzibul Asma’ wal Lughat, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: tt, tahqiq: Musthafa Abdul Qadir], halaman 362).
Dalam sejarahnya, ketika kota Syam berhasil direbut oleh umat Islam, Rasulullah mengutus beberapa sahabat untuk menyerukan ajaran Islam dan mengajarkan Al-Qur’an kepada orang-orang yang ada di sana. Di antara yang Rasulullah utus adalah Abu Darda’ ke Damaskus, dan Ubadah ke Palestina.
Atas perintah Rasulullah itu kemudian ia menetap di Palestina sebagai pendakwah untuk mengenalkan Islam dan mengajarkan kepada mereka. Bertahun-tahun ia menetap di Palestina sebagai pendakwah, hingga akhirnya mayoritas masyarakat di tempat tersebut menjadi Muslim. Tidak berselang lama dari hal itu, kemudian Ubadah bin Shamit mendapatkan perintah dari nabi agar ia menjadi pemimpin di Palestina. Dan sejak saat itulah sistem kepemerintahan di sana mulai berjalan.
Sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi dalam kitabnya, Rasulullah mengangkat Ubadah bin Shamith menjadi pemimpin di Palestina bukan tanpa alasan, namun karena ia merupakan tipikal yang cocok untuk menjadi pemimpin di daerah tersebut,
Baca Juga
Khutbah Jumat: 9 Alasan Kenapa Kita Mencintai dan Membela Palestina
كَانَ فَاضِلاً، خَيْرًا جَمِيْلاً طَوِيْلاً جَسِيْمًا، تُوَفَّى بِبَيْتِ الْمَقْدِسِ سَنَةَ أَرْبَع وَثَلاَثِيْنَ، وَهُوَ اِبْنُ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ سَنَةً، وَقِيْلَ: تُوَفَّى سَنَةَ خَمْسٍ وَأَرْبَعِيْنَ، وَالْأَوَّلُ أَصَحُّ وَأَشْهَرُ
Artinya, “Ubadah adalah orang yang mulia, baik, tampan, tinggi dan gemuk. Ia dimakamkan di Baitul Maqdis pada tahun 34 H, di usia tujuh puluh dua tahun. Dikatakan juga, ia wafat pada tahun 45 H. Namun pendapat yang pertama lebih sahih dan lebih masyhur.” (Imam Nawawi, halaman 363).
Demikian biografi singkat Ubadah bin Shamith, seorang sahabat Nabi Muhammad yang menjadi pemimpin pertama di Palestina. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.
Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hi
Comments