Skip to main content

Tempat Air Gentong di Masjid Sunan Ampel






Peziarah yang datang ke kompleks pemakaman Sunan Ampel tidak lupa meminum air yang ada di gentong.


Air tersebut diyakini bisa mengobati segala macam penyakit oleh masyarakat. Air itu sendiri diambil dari sumur peninggalan Sunan Ampel yang berada di dalam masjid. Selain itu, air Sunan Ampel juga diyakini bisa membuat wajah awet muda.









Peziarah tidak hanya minum dan membasuh wajahnya dengan air yang ada di gentong, tetapi banyak yang membawa pulang dengan botol. Hal itu mereka lakukan agar dapat memberikannya kepada keluarga yang tidak ikut berziarah sebagai oleh-oleh.


“Saya minum air tadi hanya ingin sehat. Katanya air ini bisa menyehatkan tubuh. Saya juga membawa pulang air ini untuk oleh-oleh pada keluarga,” terang salah seorang peziarah asal Madura, M Sodik.


Sementara itu, Juru Kunci Wisata Religi Sunan Ampel Surabaya, Abdul Kholil, menyatakan banyak peziarah sembuh dari penyakitnya usai minum air di gentong. Sebab, air yang yang ada di gentong diambil dari sumur peninggalan Sunan Ampel.

Ketenaran dan keunikan air yang ada di kawasan makan Sunan Ampel ini tidak lepas dari sejarah sumber mata air itu sendiri. Mustajab menuturkan bahwa air tersebut sudah ada sejak abad ke-14 Masehi, yakni ketika Sunan Ampel menginjakkan kaki di kawasan tersebut.

Pada mulanya, belum ada sama sekali sumber air disana. Raden Rachmat dan bersama keluarganya pun tidak memiliki air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti mandi, minum, mencuci, dan lainnya.

“Hingga akhirnya digalilah sumur yang sampai sekarang ini menjadi satu-satunya sumber dari semua air yang ada di gentong sekitar Makam Sunan Ampel,” tutur Mustajab.

Sumber mata air tersebut terletak di tengah-tengah masjid yang dibuat oleh Raden Rachmat. Seiring berjalannya waktu, air ini pun dipercaya oleh banyak orang keberkahannya.

Sumber mata air ini tidak pernah habis dan selalu tersedia meskipun telah diambil terus menerus.

“Bahkan, otak kita pun tidak sampai untuk mencerna mengapa air ini tidak pernah habis,” ujar sesepuh Makam Sunan Ampel tersebut.

Mustajab menambahkan bahwa pengunjung yang berziarah juga membawa air tersebut untuk dibawa sebagai oleh-oleh untuk sanak saudara. Setiap hari minggu, air yang diambil oleh pengunjung bisa mencapai 1000 botol.

Jika yang datang adalah rombongan, air yang diambil bahkan bisa mencapai 7000 botol. Namun mata air di kawsan makam tersebut tidak pernah kering, sehingga masyarakat meyakini air tersebut sebagai air terbaik setelah air zam-zam.





 

Comments

Popular posts from this blog

Coretan Kembara - Habib Ali Batu Pahat yang kutemui

Pak Habib dengan senang hati menyambut semua tetamunya tanpa melebihkan antara satu dengan lainnya. Seperti biasa bila memandang Pak Habib ni, timbul rasa tenang dalam diri               Ketika melayari internet untuk mencari informasi tempat-tempat yang menarik untuk dilawati di Surabaya, ada beberapa pelan perjalanan yang menjurus kepada lawatan tempat lahirnya Wali Songo. Banyak juga tokoh-tokoh agama yang hebat yang dicadangkan untuk diziarahi. Dalam banyak-banyak itu hamba ternampak satu nama dan gambar yang hamba pernah temui di rumahnya di Kampung Solok Wan Mor, Batu Pahat. Dia dikenali sebagai Habib Ali Batu Pahat atau nama sebenarnya al-Habib Syed Ali bin Syed Ja'far al-Idrus.            Pada kali pertama hamba menziarahinya kerana termakan pujuk seorang rakan yang mengajak hamba ke Batu Pahat untuk menziarahi Habib Ali kerana katanya amalan yang digalakkan pada 10 Muharam ialah menziarahi alim. Ke...

Masjid Telok Manok: Kutemui masjid tertua di Thailand.

Masjid tua yang tidak mempunyai kubah. Kubah adalah pengaruh Turki. Semasa berjalan di Narathiiwat, hamba berpeluang menziarahi sebuah masjid kayu yang sudah berumur sekitar 300 tahun bernama Masjid Telok Manok atau dikenal juga dengan nama Masjid Wadi Al-Hussein.  Rajah asal Masjid Telok Manok Masjid ini masih terus digunakan untuk solat fardu dan solat Jumaat Masjid ini dibina pada tahun 1768, menjadikannya sebagai masjid tertua yang masih berdiri di Thailand. Seni bina Melayu, Cina, Kemboja dan Jawa bergabung  Masjid ini dibina mengikut senibina Melayu, Cina, Jawa dan Kemboja.  Dibuat menggunakan kayu sepenuhnya dan tanpa menggunakan paku. Masjid ini mempunyai tiang dan ada menara azan yang juga dibuat dari kayu.   Semuanya disusun cantik namun terus kukuh selama 300 tahun Telok Manok merupakan nama desa tempat masjid ini berdiri, sebuah desa kecil berjarak sekitar 25 kilo meter dari kota Narathiwat. Sedangkan A...

Damsyik - Kutemui Masjid Umawi yang tua usianya.

Tempat pertama hamba ziarahi ketika sampai  di Damsyik ialah Masjid Umawi.   Masjid ini telah dibina pada zaman pemerintahan Khalifah Umawi al-Walid bin Abdul Malik, Khalifah Kerajaan Umawi pada tahun (86 – 96 Hijrah) (705 – 714 Masehi) .  Damsyik adalah Ibu Kota pemerintahan kerajaan Umayyah pada waktu tersebut. I a didirikan di atas tanah yang sudah beribu-ribu tahun menjadi pusat peribadatan dan awalnya merupakan tempat ibadah bangsa Aram yang menyembah Dewa Hadad, iaitu bangsa Arab Suryani kuno sejak 3000 tahun sebelum Masihi. Di awal abad Masihi tempat ini telah berubah menjadi tempat ibadah penyembah Dewa Jupiter ad-Dimasqi (zaman Romawi) dan ketika agama Kristian berkembang di Damsyik  pada abad ke-4 Masihi tempat ini berubah menjadi gereja yang bernama “St. John the Baptist Basilica”.   Pada zaman kekuasaan Romawi, penduduk asing tidak mudah memasuki kota Damsyik, karena kota itu dikelilingi tembok yang tinggi. Mereka yang ingin memasuki k...