“MASJID SERIBU TIANG” - MASJID AGUNG AL FALAH JAMBI.
Semasa sampai
di Kota Jambi, matahari sudah jatuh terbenam.
Hamba perlu membersihkan diri dan solat maghrib setelah perjalanan lapan
jam dari Kota Palembang. Seperti biasa hamba akan cari masjid utama di kota
ini. Hamba terus ke Jln.
Sultan Thaha No.60, Kelurahan Legok, Kecamatan Telanaipura, Kota
Jambi. Provinsi Jambi di mana tertegaknya
sebuah masjid yang terkenal dengan nama glamornya, “Masjid Seribu Tiang”. Sebutan seribu tiang ini lahir dari para pendatang yang singgah dan sholat
di masjid ini dan melihat begitu banyak tiang penyanggah bangunan masjid tanpa
pintu dan jendela ini.
Tiang berukir dan disalut tembaga |
Tanah lokasi di mana Masjid Agung ini
berdiri, dulunya merupakan pusat kerajaan Melayu Jambi. Namun pada tahun 1885
dikuasai penjajah Belanda dan dijadikan pusat pemerintahan dan benteng Belanda.
Mesjid Agung Al Falah ini berdiri di kawasan bekas Istana Tanah Pilih dari Sultan Thaha Syaifudin. Pada
tahun 1858, sultan di kesultanan Jambi, Sultan Thaha Syaifudin membatalkan
semua perjanjian yang dibuat Belanda dengan mendiang ayahandanya, karena
perjanjian tersebut sangat merugikan kesultanan Jambi. Saat itu, Belanda
sangat marah dan mengancam akan menyerang Istana. Pasukan Belanda melakukan serangan balas dan memusnahkan komplek Istana Tanah Pilih. Tahun 1906 lokasi bekas istana sultan tersebut dijadikan asrama tentara Belanda yang digunakan sebagai tempat pemerintahan Keresidenan. Di era kemerdekaan sampai tahun 1970an lokasi tersebut masih difungsikan sebagai asrama TNI di Jambi. Pada awalnya gagasan pembangunan Masjid Agung sudah mengemuka tahun 1960-an oleh pemerintah Jambi, beserta tokoh tokoh Islam Jambi. Namun, proses pembangunan masjid baru dimulai tahun 1971. Para alim ulama dan tokoh tokoh Jambi diantaranya M.O. Bafaddal, H Hanafi, Nurdin Hamzah, dan gubernur saat itu (Tambunan atau Nur Admadibrata ) Sepakat untuk membangun masjid agung di lokasi tersebut. Masjid kebanggaan warga Jambi ini berdiri diatas ltanah seluas lebih dari 2,7 Hektar, sedangkan luas bangunan masjid adalah 80m x 80m, dan mampu menampung 10 ribu jamaah sekaligus.Di rancang sebagai bangunan terbuka tanpa pintu dan jendela, benar benar sesuai dengan nama masjid ini.
Al-Falah dalam bahasa arab bermakna Kemenangan, menang bermakna memiliki kebebasan tanpa kongkongan, mungkin filosofi itu juga yang menjadi dasar dibangunnya masjid ini dengan konsep terbuka. Agar muslim manapun bebas masuk dan melaksanakan ibadah di masjid ini.Dengan rancangan yang demikian, sudah dapat dipastikan masjid ini tidak memerlukan aircon bagi jemaah, bukaan lebar di tiga sisi masjid ini meniadakan kekhuatiran gangguan sirkulasi udara dan sinar matahari.
Comments